rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

IPDKH: Manifestasi Sebuah Kepedulian


Kata “peduli” sering kali terucap di bibir kita, tak kala melihat orang lain mengalami kesusuhan. Tapi, seringkah kita berbuat untuk menunjukkan kepedulian itu? Semuanya tergantung dari tekad kita. Ikatan Pemuda Dayak Kapuas Hulu (IPDKH) di Pontianak, telah menunjukkan tekad itu. Tekad yang merupakan manifestasi dari sebuah kepedulian yang tak terhingga nilainya.

Bumi Uncak Kapuas seakan tak pernah lepas dari musibah. Belum genap sebulan peristiwa kebakaran yang menghanguskan Rumah Betang Belimbis, terjadi lagi peristiwa yang sama di Rumah Betang Merakay Puring Kencana. Setelah beberapa bulan berlalu, peristiwa naas itu terjadi lagi. Tepatnya pada tanggal 6 Juni 2010. Kebakaran hebat telah meluluhlantakkan Pasar Pagi. Sebuah pasar yang menjadi kebanggaan masyarakat kota Putussibau atau bahkan masyarakat Kapuas Hulu. Bukan main hebatnya peristiwa itu, ratusan ruko dan kios habis terbakar. Ratusan keluarga harus kehilangan tempat tinggal dan harta bendanya.
Setelah tersiar berita perihal kejadian itu, berbagai pihak bahu-membahu untuk menyalurkan bantuan kepada para korban kebakaran. Begitupun yang dilakukan oleh IPDKH Pontianak. Mendengar berita itu, para pengurus dan anggotanya langsung berinisiatif untuk membuka posko penggalangan dana yang berlabel “Posko IPDKH Peduli Kebakaran Pasar Pagi Putussibau”. Posko ini dibuka selama satu minggu lebih untuk menampung bantuan dalam bentuk uang, maupun pakaian.
Dibukanya posko IPDKH Peduli Kebakaran Pasar Pagi Putussibau memang bukan yang pertama kalinya. Sebelumnya, IPDKH Pontianak telah dua kali membuka posko dengan tujuan yang sama. Pertama untuk korban kebakaran Rumah Betang Belimbis dan kedua, untuk korban kebakaran Rumah Betang Merakay.
Di bawah kepemimpinan Hermas Lakin Kayo, Ketua periode 2009-2011, IPDKH semakin mempertegas identitasnya sebagai organisasi kepemudaan yang punya peranan penting bagi masyarakat. Peranan itulah yang sudah dan akan terus ditunjukkan melalui berbagai bentuk kegiatan. Satu di antaranya melalui posko-posko peduli tersebut. Posko peduli itu menjadi cermin dan semangat para pengurus dan anggota IPDKH Pontianak. Semangat untuk maju, berkembang, dan peduli terhadap sesama.
Semoga, kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama ini dapat terus ada dalam setiap gerak-gerik IPDKH Pontianak। Sehingga, eksistensi dari organisasi kebanggaan para pemuda-pemudi Dayak Kapuas Hulu ini tak akan pernah lapuk oleh waktu. IPDKH Pontianak akan tetap menjadi wadah yang tepat untuk saling berbagi kasih, mengembangkan potensi diri, dan mempererat persatuan orang-orang Dayak. Semoga!!!

Maksi Hajaang

Natal Bersama IPDKH Ke-4, Diwarnai Issue Pilkada



Tak seperti biasanya, Natal Bersama Ikatan Pemuda Dayak Kapuas Hulu (IPDKH) di Pontianak kali ini tampak teristimewa bagi pemuda/i Dayak Kapuas Hulu di Pontianak. Berkat kerja sama dan solidaritas pemuda/i Dayak Kapuas Hulu di Pontianak, Natal bersama yang digelar pada hari minggu, 17 Januari 2010 di Rumah Betang Jalan Sutoyo Pontianak, kembali menuai kesuksesan bagi IPDKH.
Pasalnya acara tersebut, dihadiri tamu kehormatan yang sekian lama dinanti akhirnya muncul di acara tersebut. Siapa lagi kalau bukan Wakil Bupati Kapuas Hulu, Alexander, M.Si, yang selama menjabat tidak pernah menggubris undangan IPDKH. Dengan kata lain belum pernah tampak dukungan langsung bagi kegiatan pemuda/i Dayak Kapuas Hulu.
Sore itu langit tampak begitu cerah, seakan seirama dengan keceriahan wajah dari pemuda/i Dayak Kapuas Hulu yang merona-rona, menyambut Natal bersama yang diselenggarakan setiap setahun sekali. Satu-persatu kendaraan dari tamu undangan mulai mamadati lokasi parkir rumah Betang Jalan Sutoyo Pontianak dan mengisi kursi kosong yang disediakan.
Tak pernah dibayangkan sebelumnya, acara yang diperkirakan dihadiri sekitar 500-an orang tamu undangan tersebut ternyata berbanding terbalik dari target awal. Kenyataan ini merupakan sebuah apresiasi luar biasa bagi IPDKH. Melihat itu, tak ayal seksi konsumsi pun kembali disibukkan dengan kedatangan tamu undangan yang diluar perhitungan semula. Menurut salah seorang anggota seksi konsumsi, Odilo Kelebit Tite mengaku, melonjaknya tamu undangan yang hadir, membuat kita berinisiatif untuk menambahkan alokasi dana konsumsi. "Melihat kondisi ini, akhirnya kami segera berinisiatif untuk kembali memesan konsumsi untuk para tamu undangan," tukas Odi.
Memang terasa begitu berbeda dengan acara sebelumnya, Rumah Betang kala itu tampak begitu terasa sempit dan sesak, sehingga para tamu undangan yang tidak kebagian kursi terpaksa berdiri dan sebagian ada yang memadati lokasi parkir. Menanggapi itu, selaku ketua panitia kegiatan tersebut, Lidwina Wiwin mengaku ini adalah sebuah kejutan bagi saya dan apresiasi buat teman-teman yang telah bekerja keras untuk menyukseskan acara ini.
Acara yang dimulai dari pukul 17.00 wib tersebut, diawali dengan misa Natal dan dipimpin langsung oleh Pastor Rafael. Misa yang berlangsung penuh hikmat itu, dihadiri oleh Wabup Kapuas Hulu, Ketua DPRD beserta anggota DPRD Kapuas Hulu, dan masyarakat Dayak Kapuas Hulu yang berada di Pontianak ini, membuat suasana terasa semakin hangat dan penuh kekeluargaan.
Dalam kata sambutannya, Wabup Kapuas Hulu, Alexander, M.Si mengatakan bahwa salut terhadap pemuda/i Dayak Kapuas Hulu yang begitu solid. Ia tidak menyangka bahwa begitu banyak kaum intelektual muda yang berada di Pontianak ini. Dalam kata sambutannya, Ia berharap bagi kaum muda IPDKH, agar dalam moment Pilkada ini dapat mengambil andil terutama mengajak masyarakat Kapuas Hulu untuk memilih sesuai hati nurani dan melihat betul-betul sosok yang bisa dijadikan pemimpin Kapuas Hulu.
Menyikapi Ujian Nasional yang sebentar lagi dilaksanakan, Ia menghimbau kepada IPDKH agar dapat membimbing calon mahasiswa untuk bisa memilih universitas yang baik. "Sebentar lagi UNAS, nah menindaklanjuti itu, adik-adik yang kelak kuliah di Pontianak tentunya akan mendaftarkan diri ke Universitas dan itu diharapkan IPDKH sendiri dapat membimbing mereka untuk memilih universitas yang baik. Selanjutnya, ia juga mengingatkan sepulang mereka dari Pontianak hendaklah pemuda/i Dayak Kapuas Hulu yang tergabung dalam IPDKH ini dapat mengarahkan mereka untuk segera kembali ke Putussibau, agar dapat mengikuti Pilkada yang sebentar lagi dimulai," Ungkap Alex ketika menyampaikan kata sambutanya.
Menanggapi itu, ketua IPDKH, Hermas Lakin Kayo, SE, mengatakan bahwa IPDKH merupakan organisasi yang tidak terlibat langsung dengan politik praktis. Bagi teman-teman yang ingin masuk ke ranah tersebut, itu adalah hak individu masing-masing dan tidak bisa membawa nama wadah IPDKH.
Menurut Hermas, satu hal yang terpenting adalah bagaimana menyikapi hal tersebut, artinya IPDKH juga tidak akan tinggal diam. "Dalam waktu dekat ini, kita akan adakan diskusi mengenai kandidat yang akan maju dalam perebutan kursi nomor satu KH tersebut," ujarnya. Ia menambahkan, ini bukan berarti kita ingin membawa wadah IPDKH masuk ke ranah politik praktis, tapi kita ingin mencoba mengkritisi setiap kandidat agar masyarakat tidak salah pilih karena ini berdampak lima tahun ke depan bagi kita semua.
Senada dengan itu, wakil ketua IPDKH, Yulius Higaang, SH, mengatakan bahwa IPDKH bertanggung jawab terhadap masyarakat Kapuas Hulu sesuai dengan amanat AD ART. Artinya selaku generasi tonggak perjuangan bangsa, kita juga sangat sensitif terhadap issue tersebut. Oleh karena itu, mulai dari sekarang kita juga sudah mulai mencari data-data kandidat yang layak menurut kita. "Bagi setiap individu IPDKH, siapa saja pasti akan kita dukung asalkan jelas visi misinya dan tentunya mementingkan kepentingan masyarakat Kapuas Hulu. Hal ini juga tentunya, kita akan lihat dari geliat dan latar belakang orang tersebut," ungkapnya.
Kendati acara yang penuh hikmat dan penuh dengan suasana kekeluargaan tersebut, diwarnai issue Pilkada, namun satu hal yang bisa dipetik adalah Acara Natal bersama kali ini sudah berjalan dengan lancar dan sukses. Setidaknya sudah dilaksanakan ke empat kalinya di Pontianak bersama masyarakat Dayak Kapuas Hulu. Singkatnya, acara ini telah menuai kesuksesan bagi IPDKH dalam menyolidkan pemuda/i Dayak Kapuas Hulu di Pontianak. Dengan kiprah dan geliatnya sekarang, teruslah berjuang teman-teman IPDKH, semoga ke depan IPDKH semakin maju dan sukses, serta dapat menelorkan generasi-generasi yang handal bagi masyarakat Dayak Kapuas Hulu. Selamat berjuang IPDKH. Kyan Hiroh

Aksi Amal "IPDKH Peduli" Untuk Korban Kebakaran Rumah Betang Belimbis Kapuas Hulu


Mentari pagi telah kembali, suara bising kendaraan terdengar nyaring. Lalu lintas di seputaran Bundaran Digulis semakin ramai, mengawali aktivitas di pagi hari yang sangat cerah. Hari itu, tanggal 26 Januari 2010, ada hal yang tidak biasa terlihat di seputaran Bundaran Digulis. Di atas trotoar berdiri satu tenda sederhana yang di sampingnya terpampang satu baliho yang bertuliskan “Posko Solidaritas Kebakaran Betang Belimbis Kabupaten Kapuas Hulu”. Di sekitar tenda tersebut, sekelompok orang telah berkumpul dengan berbagai pernak-pernik yang melekat di tubuh mereka. Tidak hanya itu, berbagai alat tadisional-gong, mandau, dan tawak-telah ada dan siap untuk didengdangkan. Dengan komando seorang koordinator aksi, merekapun berkumpul untuk mendengarkan intruksi dan bersama-sama menghaturkan doa sebagai wujud syukur sekaligus harapan untuk kelancaran aksi sosial yang mereka mulai. Selanjutnya bunyi gong dan tawak disertai gerak menawan para penari mengawali aksi sosial hari itu. Ada yang berorasi, memegang poster, dan ada pula beberapa gadis cantik yang memegang kotak sumbangan di area lampu merah.
Begitulah sepenggal cuplikan aksi penggalangan dana yang dilakukan para Pemuda/i Dayak Kapuas Hulu untuk korban kebakaran Rumah Betang Belimbis, Desa Munak, Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu. Aksi yang dilaksanakan di seputaran Bundaran Digulis tersebut sekaligus mengakhiri aksi sosial Ikatan Pemuda Dayak Kapuas Hulu (IPDKH) yang bertajuk “IPDKH Peduli Kebakaran Rumah Betang Belimbis Kabupaten Kapuas Hulu”. Sebelumnya, IPDKH telah membuka posko yang menerima bantuan, baik dalam bentuk uang, makanan, maupun pakaian siap pakai. Posko tersebut didirikan sejak tanggal 19 Januari 2010 di Rumah Betang Jl. Sutoyo Pontianak.
Aksi penggalangan dana yang dilakukan di Bundaran Digulis membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Lebih dari dua juta rupiah dana terkumpul. Menurut koordinator posko “IPDKH Peduli”, jika dijumlahkan dengan dana yang terkumpul sejak posko “IPDKH Peduli” didirikan, tanggal 19 Januari 2009 s.d. 25 Januari 2009, diperkirakan keseluruhan dana yang diperoleh adalah belasan juta rupiah. Sementara ada beberapa bantuan dalam bentuk makanan dan pakaian siap pakai. Bantuan-bantuan tersebut selanjutnya akan diberikan secara langsung oleh ketua bersama beberapa pengurus IPDKH kepada korban kebakaran di Rumah Betang Belimbis.
Aksi sosial IPDKH yang bertajuk “IPDKH Peduli” merupakan aksi sosial pertama yang dilakukan sejak organisasi ini didirikan pada tahun 2004. Aksi sosial ini juga menjadi bukti nyata eksistensi IPDKH dan kontribusi IPDKH bagi masyarakat di daerah, khususnya di Kapuas Hulu. Di bawah pimpinan Hermas Lakin Kayo, S.E., anggota-anggota IPDKH semakin memperlihatkan persatuan dan kerja sama yang erat. Antusiasme para anggota IPDKH untuk turut serta dalam aksi “IPDKH Peduli” menjadi gambaran semakin berkembang dan solidnya ikatan ini. Kebersamaan dan keikhlasan para anggota IPDKH tergambar jelas dalam aksi penggalangan dana di Bundaran Digulis. Meskipun harus berpanasan di bawah teriknya sinar matahari, tapi rasa kebersamaan dan saling berbagi menjadi motivasi tinggi untuk tetap berdiri tegak dan menyampaikan pesan sosial yang sangat berarti bagi para korban kebakaran Rumah Betang Belimbis. Kebersamaan itu jugalah yang akhirnya membuahkan hasil yang sangat memuaskan.
Persatuan dan kebersamaan yang semakin solid lewat aksi sosial “IPDKH Peduli” ini diharapkan terus berlanjut di masa-masa yang akan datang. Persatuan dan rasa kebersamaan tersebut akan menjadikan IPDKH sebagai suatu organisasi yang dapat eksis dan bermanfaat bagi masyarakat. Maju terus IPDKH!! Maksi Deornay

MAKNA LOGO IPDKH

MAKNA LOGO IPDKH

Dambakan Pemimpin Pro Rakyat


Tak terasa dalam satu dasawarsa memegang tampuk kepemerintahan, kini masa jabatan Bupati Kabupaten Kapuas Hulu akan segera berakhir. Pilkada Kabupaten Kapuas Hulu baru akan dilaksanakan 17 Juni 2010 mendatang, namun riaknya sudah mulai tampak di level masyarakat.
Berbagai issue pun mulai beredar dan menjadi komsumsi hangat bagi masyarakat. Beberapa figur pun mulai muncul dipembicaraan masyarakat, seperti pasangan Akok (pengusaha) dan Andreas Yan Lanting (Birokrat), Jhon Itang Oe (Birokrat) dan DL. Denny (Birokrat), Drs. Yoseph Alexander (Incumbent/masih menjabat Wabup Kapuas Hulu). Adapun nama lainnya seperti Lae (Pengusaha) yang merupakan adik kandung dari Thambul Husain (Bupati Kapuas Hulu), Saiful (Birokrat), dan lainnya yang masih menjadi pertanyaan besar masyarakat. Kendati situasi politik kerab dibawa dalam issue SARA, namun peran aktif masyarakat mulai tampak dalam mengkritisi setiap figur yang ada. Sejatinya masyarakat kini sudah mulai sadar dalam hal memberikan hak suara mereka, agar tidak terjebak lagi pada janji palsu elit politik. Siapa pun pemimpinnya, yang terpenting adalah mengataskan kepentingan rakyat.
Jika di flashback lagi historisnya, sejak Undang-undang Darurat nomor 3 tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan, maka pada 13 Januari 1953 terbentuklah Kabupaten Daerah Tingkat II Kapuas Hulu dengan ibukota Putussibau. Bupati pertama adalah JC. Oevang Oeray (1951-1955), dan dilanjutkan oleh Anang Adrak (1955-1956). Yang kemudian dilanjutkan oleh J.C. Rangkap (Patih/ACT. Bupati, tahun 1956), RM. Soetomo K. Kusumo (Bupati, tahun 1956-1957), Ade M. Djohan (Bupati, tahun 1957-1959), G.M. Saleh (Patih/PD. Bupati, tahun 1957-1959), J.R. Giling (P.D. Bupati KDH, tahun 1959-1960), Anastasius Syahdan (Bupati KDH, tahun 1965-1967), Abang Syahdansyah (Bupati KDH, tahun 1967-1975), H. M. Ali AS, SH (Bupati KDH, tahun 1975-1980), A. Satif (Bupati KDH, tahun 1980-1985), Drs. H.A.M. Djapari (Bupati KDH, 1985-1990 dan 1990-1995), Jacobus F. Layang BA. SH (Bupati KDH, tahun 1995-2000), Drs. H. Tambul Husin (Kepala Daerah, tahun 2000-2005), Drs. H. Bunyamin Solihin (Penjabat Bupati, tahun 2005), dan H. Tambul Husin (Kepala Daerah, tahun 2005-sekarang).
Dengan begitu, setidaknya ada 14 orang yang telah memimpin kabupaten Kapuas Hulu (kecuali Drs. H. Bunyamin Solihin). 57 tahun telah berlalu masa kepemimpinan ini, namun juga belum ada dampak signifikan. Setelah sekian lama terpuruk dalam ketertinggalan, kini Kapuas Hulu betul-betul memerlukan sosok pemimpin yang terbaik bagi masyarakat. Sampai kapan Kabupaten Kapuas Hulu bisa maju, sepanjang para elit politik kerab menjadikan masyarkat sebagai objek politik dan mengkebirikan kepentingan rakyat. Semoga ke depan dengan pemimpin yang baru, bisa membawa Kapuas Hulu ke arah yang lebih baik. Kyan Hiroh, Wakil Ketua Ikatan Pemuda Dayak Kapuas Hulu

Profil Kabupaten Kapuas Hulu


Kabupaten Daerah tingkat II kabujpaten Kapuas Hulu secara geografis terletak di antara 0.50 Lintang Utara sampai 1.40 Lintang Selatan, antara 111.40-114.400 Bujur Timur. Ibukota kabupaten ini ialah Putussibau yang terletak di hulir muara sungai Sibau yang bermuara di sungai Kapuas. Kabupaten Kapuas Hulu memiliki luas wilayah seluas 29.842 Km2 atau 20,33% dari luas luas Propinsi Kalimantan Barat (146.807 Km2). Jumlah jpenduduk berdasarkan sesus tahun 2002 sejumlah 190.815 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 6 jiwa per Km2.
Berdasarkan PP No. 39 Tahun 1996, Kabukpaten ini dimekarkan hingga 23 kecamatan. Adapun 23 kecamatan tersebut adalah Silat Hilir, Silat Hulu, Bunut Hulu, Bunut Hilir, Mentebah, Manday, Kalis, Putussibau, Kedamin, Embaloh Hilir, Embaloh Hulu, Boyan Tanjung, Embau, Batu Datu, Hulu Gurung, Selimbau, Seberuang, Semitau, Suhaid, Empanang, Puring Kencana, Badau, Batang Lupar.
Dari 23 kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu, wilayah penyebaran Orang Dayak tersebar di 21 kecamatan. Adapun kecamatan yang tidak terdapat penyebaran kampung orang Dayak yakni di Hulu Gurung dan Batu Datu’. Dalam dua kecaamatan ini umuymnya dihuni oleh kelompok Melayu yang biasa juga disebut Senganan. Orang Dayak di kabupaten yang juga disebut sebagai Kabupaten Uncak kapuas ini terdiri dari 20 subsuku dengan 20 bahasanya. Kedua pulun subsuku tersebut adalah Dayak Suaid, Kantu’, Seberuang, Kalis, Lau’, Suru’, Mentebah, Tamambalo, Ensilat, Mayan, Sekapat, Desa, Punan, Buket, Taman, Kayaan, Rembay, Sebaru’, Iban, dan Oruung Da’an.
Wilayah pemukiman dapat diasumsikan berasal dari tiga kelompok besar. Hal ini juga terlihat dari ciri-ciri fisik, sebagai contoh kelompok yang berasal dari daerah timur cenderung memperluhatkan fisik yang kekar dan tinggi, mata sipit, kulit sawo matang. Sedangkan kelompok lain yang dapat dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri fisik ini ialah kelompok Dayak Iban. Kelompok ini umumnya memiliki fisik yang kekar tetapi tidak terlalu tinggi seperti kelompok pertama. Rata-rata warna kulitnya juga sawo matang. Sedangkan kelompok ketiga iadalah memperlihatkan ciri-ciri fisik yang biasa, dalam hal ini memiliki fostur tubuh rata-rata mirip dengan kelompok kedua, tetapi berkulit sedikit gelap, sebagamana umumnya “Oarng Melayu”. Namun ciri-ciri fisik ini bukanlah hal yang mutlak untuk dijadikan dasar pengelompokkan apalagi pada saat sekarang ini sudah banyak terjadi perkawinan silang sehingga jika mengandalkan indikator fisik ini aga mengaburkan.
Migrasi kelompok pertama diperkirakan datang dari arah barat (kemungkinan berasal dari hilir sungai Kapuas dan anak-anak sungainya seperti Sungai Sekayam, Ketungau, dan Sekadau). Sub-subsuku yang dimaksud ialah subsuku Seberuang, Ensilat, Tamanik1, Iban, Kantu, Desa, Sekapat, Suaid, Mayan, Sebaru’, Rembay dan Ulu Ai’.
Sedangkan migrasi kelompok kedua diperkirakan berasal dari arah timur yaitu daerah Data Purah, Apo Kayaan yang menurunkan tiga subsuku Dayak yaitu Dayak Punan, Buket dan juga suku kayaan di Mendalaam.
Migrasi kelompok ketiga hakikatnya juga berasal dari arah timur, yaitu dari Sungai Kayaan. Kelompok ini tidak langsung ke Kalimantan Barat, melainkan menuju ke Sungai Mahakam kemudian menyebar lagi ke hulu Sungai Melawi. Dari hulu Sungai Melawi inilah kemudian menyebar lagi ke hulu Sungai Manday, Sungai Suru’, dan Sungai Mentebah hingga ke Kapuas. Kelompok sub suku Dayak yang dimaksud pada kelompok ketiga ini ialah subsuku Dayak Orung Da’a, Suru’ dan Mentebah.
Gambaran migrasi kelompok suku Dayak di Kapuas Hulu pada hakikatnya tidak bersamaan waktu kpenyebarannya. Misalnya Dayak Iban yang dikelompokkan pada kelompok pertama, tidak langsung masuk wilayah Kapuas Hulu tetapi kelompok ini memilih Sungai Batang Rejang di Malaysia. Setelah suku ini ditaklukkan oleh Rahah “White” Brooke, baru kemudian melakukan migrasi besar-besaran ke wilayah Kapuas Hulu. sedangkan kelompok Dayak Sekapat, Sebaru’, dan Desa diyakini paling terakhir menyebar di Kabupaten ini.
Menurut data dari Kantor Statistik Kabupaten Kapuas Hulu, setidaknya terdapat 22 subsuku Dayak. Suku terbesar kedua ialah “Melayu” yang biasanya juga dikenal dengan istilah “Senganan”. Istilah ini merujuk pada suku Melayu penduduk asli Kapuas Hulu dan juga Sintang namun tidak termasuk Melayu Sambas dan Pontianak yang cukup banyak berdomisili di Kabupaten Kapuas Hulu. suku lainnya adalah China yang umumnya mendominasi perdagangan di pusat ibukota kabupaten dan beberapa ibukota kecamatan. Suku Jawa selain terdapat di ibukota kecamatan juga lebih banyak di lokasi transmigrasi dan perkebunan. Suku yang lainnya lagi ialah padang, Batak, keturunan Arab, dan lain-lain.
Suku Dayak di Kabupaten Kapuas Hulu atau seringkali sebut Dayak Ulu Kapuas keberadaannya sama dengan beberapa subsuku Dayak di kabupaten lain di Kalimantan Barat, yaitu sebagai penduduk asli Pulau Kalimantan. Sebagai kelompok mayoritas sub-subsuku Dayak di kabupaten ini diperkirakan sudah mendiami wilayah hulu Sungai Kapuas ini sekitar tahun 300-an yang silam, sebelum peristiwa perang antara manusia dengan roh halus di Tanah Tampun Juah yang menyebabkan “Migrasi besar-besaran”.
Beberapa subsuku yang mengisahkan tentang asal-usul mereka dari Tampun Juah adalah Dayak Kantu’, Seberuang, dan juga Rembay. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai peristiwa sejarah dan perkembangannya, misalnya perluasan wilayah Kerajaan Sintang di Selimbau dan Semitau serta masa penjajahan Belanda.
Kelompok masyarakat Dayak sebelum berdirinya panembahan-panembahan Kerajaan Sintang di atas dan datangnya para penjajah, umumnya masih menganut agama leluhur mereka. Namun agama ini acapkali dianggap sebagai animisme, berhala, dan sebagainya. Kerajaan Sintang yang memperluas wilayah kekuasaannya dengan mendirikan panembahan-panembahan di wilayah hulu Kapuas juga menyebarkan agama Islam. Hal ini membuat kelompok suku Dayak dihadapkan pada pilihan untuk menganut salah satu agama yang menjanjikan “Peradaban baru”.
Secara kebetulan agama Islam pada saat itu cukup berpengaruh seiring berdirinya kerajaan-kerajaan kecil yang bernafaskan Islam. Belum lagi kelompok suku ini dihadapkan pada pilihan “Jika menganut agama Islam, kelompok suku Dayak terbebas dari perbudakan dan kewajiban membayar upeti kepada pihak kerajaan. Namun, tanpa disadari menganut agama Islam di Kalimantan Barat selalu diidentikkan dengan Melayu. Oleh karena itu, sadar atau tidak sadar terjadi penolakan jati dirinya. Dilihat dari aspek kultural kelompok Dayak yang beragama muslim ini pun sulit untuk dibedakan dengan kelompok Dayak yang non-muslim, lama-kelamaan sikap itu mengkristal sehingga meahirkan identitas baru yang disebut Senganan. Sedangkan yang dimaksudkan sebagai Dayak, dimaknai kelompok masyarakat pribumi Kalimantan non-muslim.
Mengenai keragaman subsuku Dayak di Kabupaten Kaupas Hulu dari hasil penelitian lapangan yang telah dilakukan diseluruh wilayah Kabupaten Kapuas Hulu adalah sebagai berikut : Dayak Suaid, Kantu’, Seberuang, Kalis, Lau’, Suru’, Mentebah, Tamambalo, Ensilat, Mayan, Sekapat, Desa, Punan, Buket, Taman, Kayaan, Rembay, Sebaru’, Iban, Oruung da’an.
1 meminjam istilah pengelompokkan yang digunakan oleh ahli linguistik sejarawi seperti Bernard Nothofer, James Collins yang cenderung memperlihatkankesamaan-kesamaan budaya, bahasa. Kelompok Tamanik yang dimaksud mewakili subsuku Dayak Tamambalo, Kalis, Lau’ dan Dayak Taman Kapuas yang juga bermukim di sungai Sibau, dan Sungai Mendalaam. Dan suku ini juga diyakini sebagai kelompok paling tua di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu.

Tulisan ini dikutip dari buku : buku Mozaik Dayak Keberagaman subsuku Dan Bahasa Dayak di Kalimantan Barat, penerbit Institut Dayakologi. di salin oleh Kyan Hiroh.